Teknik menggiring peluang usaha menjadi bisnis

Jumat, 09 November 2012

Saya ingin berbisnis, tapi bisnis apa yang prospek saat ini? Dari mana bisnis itu saya mulai? Produk apa yang harus saya jual? Berapa besaran modal yang harus diinvestasikan? Berapa keuntungan yang bisa di dapat? Dan berapa lama saya bisa sukses? Sering kali kita dihentikan oleh pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertulis diatas.

Hal tersebut membuat pola pikir memberikan masukan bahwa berbisnis itu sulit! Tanpa modal tidak ada bisnis! Tidak menemukan produk yang bisa dijual! Takut akan mengalami kerugian!  Takut akan gagal dalam menjalankan bisnis! Dan lain sebagainya menjadi alasan-alasan yang kita buat sendiri untuk menutupi bahwa saat ini kita belum memiliki jalan untuk berbisnis, masih bodoh tentang bisnis dan tidak bernyali untuk memulainya.

perencanaan bisnis
Sebenarnya pengetahuan untuk memulai dan menjalankan bisnis itu sangatlah sederhana, sebagai contoh saat kita memikirkan bisnis apa yang prospek saat ini dapat dijawab dengan pola pikir bahwa prospek itu bukan dating dengan sendirinya, prospek itu harus diciptakan dan diperkenalkan melalui kegiatan promosi walaupun dalam tahap yang kecil. Saat pertanyaan dari mana bisnis itu saya mulai, jawabannya adalah dari saat ide bisnis yang dinginkan muncul saat itulah bisnis bisa mulai dikerjakan. Produk apa yang harus saya jual, ini adalah pertanyaan yang terbodoh dari semua pertanyaan, mengapa? Coba perhatikan diri kita sendiri, dalam sehari berapa produk yang kita gunakan. Mungkin dari yang di makan, yang dikenakan di badan, yang dinikmati sebagai hiburan, dan lain sebagainya. Itu semua adalah produk yang bisa dijadikan bisnis.

Lalu bagaimana teknik melihat sebuah peluang dan menjadikannya sebagai bisnis?  Ketahuilah bahwa seorang entrepreneur sanggup melihat peluang dan peluang, saat dia melihat seseorang menggunakan topi indah, ikat pinggang unik, dari yang gagah, orang memainkan musik, orang berjualan, orang menggunakan computer atau gadget,  itu semua adalah peluang bisnis yang dapat dilakoni. Tinggal bagaimana teknik mengubahnya menjadi bisnis.

Berbagai teknik ditawarkan oleh berbagai buku, para motivator, dan lain sebagainya. Sebagian dari kita menaruh kepercayaan pada teknik tersebut dan mencobanya, ini sebuah langkah positif walaupun akhirnya belum berhasil. Namun sebagian dari kita tidak mempercayainya dan berlalulah begitu saja.

Mungkin, sedikit ulasan dari coffee break akan dapat dijadikan motivasi untuk mengubah peluang bisnis yang rekan miliki menjadi bisnis yang sebenarnya.
  1. Untuk mengubah peluang menjadi bisnis, rekan-rekan jangan pernah takut rugi. Namun segeralah mulai dengan sekala kecil, untuk memulainya cobalah dengan hal-hal kecil, seperti berproduksi kecil-kecilan, membuat  stok barang sedikit, memulai dengan satu atau dua unit, dan segala sesuatunya mulailah dari kecil.
  2. Pilih dan tentukan sebuah peluang yang diambil serta perjuangkan dengan gigih, baik itu memproduksi atau membuat sebuah produk atau jasa, atau memperdagangkan kembali produk yang sudah jadi dari orang lain.
  3. Membayar biaya belajar, hitunglah segala pengeluaran sebagai modal mengawali bisnis. Baik pengeluaran untuk mencoba membuat produk, pengeluaran membeli stok, dan lain sebagainya yang dilakukan atas dasar prinsip pertama. Lalu tanamkan dalam diri bahwa semua yang dilakukan dan dikeluarkan dengan apapun hasilnya sebagai biaya pembelajaran, bukan kerugian.
  4. Segera pasarkan produk yang dihasilkan, begitu produk yang di kerjakan siap, atau stok barang sudah ada segera bergegaslah untuk memasarkan produk tersebut. Maksud dari pada memasarkan produk disini adalah memperkenalkannya kepada orang lain, baik kepada keluarga, sahabat dan teman, lingkungan sekitarnya, dan baik sekali jika memasarkannya juga kepada orang yang belum dikenal sekalipun. Gunakan teknik berpromosi dasar seperti yang rekan ketahui saja dahulu, sambil belajar dan menggali pengetahuan akan teknik berpromosi yang benar.
  5. Buatlah penjualan pertama, dan hargailah penjualan pertama tersebut sebagai keberhasilan. Entah siapapun pembelinya baik dari keluarga, sahabat dan teman, maupun orang lain, ini adalah keberhasilan bahwa sampai saat ini sudah berhasil mengubah peluang menjadi bisnis. Karena ada pembayar dari upaya yang sudah rekan kerjakan, sehingga layak disebut dengan bisnis yang mampu membentuk motivasi dalam diri guna meningkatkannya.
  6. Banyak belajar dan memperbaikinya, dalam proses poin satu sampai lima perbaiki segala kekurangan dengan banyak belajar. Dan ingat selalu buang rasa takut, terapkan apa yang didapat dari belajar dengan tujuan perbaikan dan menggali pengalaman.
  7. Jangan pernah puas dan konsisten, saya hasil dari belajar dan perbaikan menjadikan pengalaman baik berproduksi maupun menjual semakin membaik dengan terciptanya penjualan ke dua, ke tiga, ke empat, dan seterusnya, jangan lantar merasa berpuas diri, namun konsisten untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Karena hal ini akan membesarkan bisnis yang terbangun.
  8. Bersiap untuk menjadi professional atau entrepreneur yang sebenarnya. Persiapkan perencanaan bisnis yang benar, tanamkan modal sesuai kebutuhan, persiapkan administrasi yang benar, Jika dibutuhkan rekrutlah karyawan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan. Saat inilah langkah lanjutan dalam mewujudkan kesuksesan.
Yang perlu rekan-rekan ketahui, bahwasannya segala sesuatu itu tidak ada yang langsung muncul besar. Melainkan proses secara bertahap dari waktu ke waktu yang membuatnya menjadi besar dengan pupuk semangat untuk maju dan konsistensi. Seperti diri kita yang dilahirkan oleh orang tua dari bayi kecil yang tidak berdaya. Namun semangat orangtua dan konsistensinyalah yang menjadikan kita besar seperti sekarang ini melalui berbagai proses. Segala ketakutan dalam proses membesarkan kita mampu dilalui dengan berbagai keadaan, baik senang maupun susah. Namun semua keadaan itu tertutupi dan yang muncul hanyalah kebahagiaan akan keberadaan kita. Begitulah kiranya proses mengubah peluang menjadi bisnis yang sebenarnya. Untuk menjadikannya matang dan sukses besar, perjuangkanlah tanpa henti dengan konsistensi sebagai kuncinya.