Isyarat dan Penyebab kegagalan dalam membangun eksistensi bisnis

Jumat, 12 Oktober 2012

Sangat membahagiakan dan memberikan kebanggaan saat menangani atau mengendalikan sebuah bisnis yang berjalan kearah kemajuan dan kesuksesan sebagai usahawan. Memang tidak mudah dan sangat membutuhkan pengorbanan serta perjuangan untuk mendapatkan dan menjangkaunya. Tidak banyak bisnis kecil yang dapat bertahan lama atau paling tidak dapat bertahan serta berjalan melalui waktu minimal 15 tahun. Capat dalam memperkenalkan dan populer instan namun tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama menghadapi gempuran persaingan.

Mungkin jika kita sebagai usahawan memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang akan dapat menghancurkan sebuah bisnis yang sedang dikelola, tentu akan berguna menjadi rambu atau alaram bagi seorang usahawan. Mengapa demikian ? Karena usahawan pemula umumnya hanya konsen dan fokus bagaimana memajukan bisnis saja, tidak sedikitpun mengenali bahaya akan cikal bakal gejala yang dapat menghancurkan sebuah perusahaan atau bisnis.

 Seorang yang bernama "John Murphy" meneliti dalam riset yang dikerjakannya berupa isyarat dan tanda yang menyebabkan sebuah bisnis mengalami kegagalan dan bahkan sampai dengan kehancuran dalam membangun dan menjaga kesinambungan perjalan sebuah bisnis, 10 penyebab kegagalan dan kehancuran sebuah bisnis tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
  • Berjalan tanpa memiliki perencanaan bisnis yang baik (78%), pentingnya perencanaan sudah dapat dipastikan sebagai peta dalam menuju masa depan sebuah perusahaan. Berkerja tanpa perencanaan memastikan seorang usahawan seringkali memutuskan sebuah kebijakan dengan emosionalnya saja, sehingga seringkali menimbulkan bahaya atau kekacauan kebijakan dalam bisnis.
  • Terlalu optimistis pada potensi pasar atau sales dan dana atau permodalan yang diperlukan (73%), Potensi pasar yang tampak besar serta emosional yang hanya memikirkan dana permodalan untuk mengambil kue penjualan sebesar-besarnya menjadi sangat berbahaya, penentuan stock barang tanpa melihat movingnya. Beban pinjaman karena permodalan dan minim dalam pengetahuan modal kerja operasional menjadikan hal ini sebagai bahaya diperingkat kedua bagi seorang usahawan.
  • Lalai dalam mengenali atau mengabaikan kelemahan-kelemahannya dan tidak berusaha mencari bantuan (70%), terlalu percaya diri dan menganggap remeh sisi kelemahan bisnis sering kali menjadikan seorang usahawan tidak menyadari kemunduran yang terjadi atau stack dalam perjalanan sebuah bisnis. Dalam pengetahuan motivasi bisa saja kelemahan diolah menjadi keunggulan, namun lalai dan mengabaikan kelemahan menjadi momok kegagalan dan kehancuran bisnis.
  • Lemah dalam keterampilan dan pemahaman mengelola manajemen arus kas (82%), tanpa keterampilan memanage arus kas sudah dapat dipastikan sebuah bisnis rentan kegagalan berkembang dan bertahan. Hal ini kerap membuat usahawan pusing pontang panting mempertahankan keuangan modal kerja operasional. Bisnis jauh dari tingkatan likwiditas.
  • Tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan bisnis yang cukup atau bisnisnya tidak relevan dengan pengalaman berbisnis sebelumnya (63%), nekad tanpa pengetahuan dalam membangun bisnis itu seperti berjalan diatas tali. Guncangan dan kebuntuan dalam menghadapi masalah sering kali menjadi alasan bisnis berhenti. Pengetahuan yang tidak relevan dengan sebuah bisnis umumnya hanya menghasilkan produk tanpa kualitas yang baik.
  • Tidak punya kebijakan harga dengan baik (77%), Bisnis dan keuntungan yang didapat diawali dari sebuah penjualan. Faktor harga yang merupakan hasil dari formulasi beberapa elemen biaya dalam produksi dan penjualannya sudah pasti menentukan besaran keuntungan yang dapat diraih dan kemampuan bersaing menghadapi kompetitor di pasar terbuka. Banting harga bukanlah sebuah solusi bertahan yang baik, apalagi kegagalan dalam bersaing sudah pasti menyebabkan bisnis diambang kehancuran.
  • Tidak berusaha memahami atau bahkan mengabaikan kompetitornya (55%), bisnis saat ini syarat dengan persaingan. Tidak sedikit pioner sebuah produk ambruk bisnisnya, hanya karena tidak acuh dan menganggap remeh kompetitor yang ada.
  • Merekrut karyawan yang tidak tepat (56%), saat sebuah bisnis berkembang sudah tentu dibutuhkan barisan pekerja berupa karyawan berkualitas yang membantu mendorong roda bisnis maju kedepan. kegagalan merekrut karyawan atau hanya berisi SDM tanpa kualitas tentu saja akan memperburuk keadaan di segala lini bisnis.
  • Berhenti atau Tidak mempromosikan bisnisnya dengan baik (64%), kemajuan sebuah bisnis juga ditentukan oleh kekuatan promosi yang dilakukan, tidak sedikit contoh perusahaan yang bisnisnya sudah maju dan bahkan menjadi raksasa masih tetap gencar bahkan menjadi lebih aktif membangun promosinya. Berhenti melakukan promosi berarti mempersilahkan kompetitor berbuat banyak dan bahkan menekan bisnis yang sedang dibangun. Jika keadaan ini terjadi maka bisa menjadi indikator jelas bisnis didepan kehancuran.
  • Tidak melakukan pemosisian perusahaannya dengan baik (71%), Bisnis kecil dengan omset kecil tentu membutuhkan permodalan dan biaya kerja sesuai dengan bisnis kecil, demikian pula dengan bisnis besar. Pahami perjalanan dan perkembangan bisnis yang rekan usahawan bangun. Posisikan grade atau tingkatan, sesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan baik dari segi pelayanan, penyebaran, produksi, dan lain sebagainya. Bisnis besar dengan grade tinggi sudah pasti membutuhkan penanganan yang komplek. Tidak memahami posisi grade sebuah bisnis sering menghambat kemajuan bahkan menghancurkan.